Materi 10 : Sektor Pertanian
10.1 Sektor Pertanian
di Indonesia
Semua usaha pertanian pada dasarnya
adalah kegiatan ekonomi sehingga memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang sama
akan pengelolaan tempat usaha, pemilihan benih/bibit, metode budidaya,
pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan dan pengemasan produk, dan
pemasaran. Apabila seorang petani memandang semua aspek ini dengan pertimbangan
efisiensi untuk mencapai keuntungan maksimal maka ia melakukan pertanian
itensif (intensive farming). Usaha pertanian yang dipandang dengan cara ini
dikenal sebagai agribisnis. Program dan kebijakan yang mengarahkan usaha
pertanian ke cara pandang demikian dikenal sebagai intensifikasi. Karena
pertanian industrial selalu menerapkan pertanian intensif, keduanya sering kali
disamakan.
Sebagai suatu usaha, pertanian memiliki
dua ciri penting: selalu melibatkan barang dalam volume besar dan proses
produksi memiliki risiko yang relatif tinggi. Dua ciri khas ini muncul karena
pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan
memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam proses
produksi. Beberapa bentuk pertanian modern telah dapat mengurangi ciri-ciri ini
tetapi sebagian besar usaha pertanian dunia masih tetap demikian.
Sektor pertanian mengkontribusikan
terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional dalam 4 bentuk yaitu:
1.
Kontribusi Produk
Penyediaan
makanan untuk penduduk, penyediaan bahan baku untuk industri manufaktur seperti
industri: tekstil, barang dari kulit, makanan dan minuman.
2. Kontribusi
Pasar
Pembentukan
pasar domestik untuk barang industri dan konsumsi.
3.
Kontribusi Faktor Produksi
Penurunan
peranan pertanian di pembangunan ekonomi, maka terjadi transfer surplus modal
dan tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor lain.
4.
Kontribusi Devisa
Pertanian
sebagai sumber penting bagi surplus neraca perdagangan (NPI) melalui ekspor
produk pertanian dan produk pertanian yang menggantikan produk impor.
Kontribusi
Produk
Dalam sistem ekonomi terbuka, besar
kontribusi produk sektor pertanian bisa lewat pasar dan lewat produksi dengan
sektor non pertanian.
·
Dari sisi pasar, Indonesia menunjukkan
pasar domestic didominasi oleh produk pertanian dari luar negeri seperti buah,
beras & sayuran hingga daging.
·
Dari sisi keterkaitan produksi, Industri
kelapa sawit & rotan mengalami kesulitan bahan baku di dalam negeri, karena
bahan baku dijual ke luar negeri dengan harga yg lebih mahal.
Kontribusi
Pasar
Negara agraris merupakan sumber bagi
pertumbuhan pasar domestic untuk produk non pertanian seperti pengeluaran
petani untuk produk industri (pupuk, pestisida, dll) dan produk konsumsi
(pakaian, mebel, dll).
Keberhasilan
kontribusi pasar dari sektor pertanian ke sektor non pertanian tergantung:
·
Pengaruh keterbukaan ekonomi, Membuat
pasar sektor non pertanian tidak hanya disi dengan produk domestic, tapi juga
impor sebagai pesaing, sehingga konsumsi yang tinggi dari petani tidak menjamin
pertumbuhan yang tinggi sektor non pertanian.
·
Jenis teknologi sector pertanian,
Semakin modern, maka semakin tinggi demand produk industri non pertanian.
Kontribusi
Faktor Produksi
Faktor produksi yang dapat dialihkan
dari sektor pertanian ke sektor lain tanpa mengurangi volume produksi pertanian
tenaga kerja dan modal.
Di
Indonesia hubungan investasi pertanian dan non pertanian harus ditingkatkan
agar ketergantungan Indonesia pada pinjaman luar negeri menurun. Kondisi yang
harus dipenuhi untuk merealisasi hal tersebut:
·
Harus ada surplus produk pertanian agar
dapat dijual ke luar sektornya. Market surplus ini harus tetap dijaga dan hal
ini juga tergantung kepada faktor penawaran è Teknologi, infrastruktur dan SDM
dan faktor permintaan è nilai tukar produk pertanian dan non pertanian baik di
pasar domestic dan luar negeri.
·
Petani harus net savers è Pengeluaran
konsumsi oleh petani < produksi.
·
Tabungan petani > investasi sektor
pertanian.
Kontribusi
Devisa
Kontribusinya
melalui :
·
Secara langsung ekspor produk pertanian
dan mengurangi impor.
·
Secara tidak langsung peningkatan ekspor
& pengurangan impor produk berbasis pertanian seperti tekstil, makanan dan
minuman, dll.
Kontradiksi
kontribusi produk dan kontribusi devias peningkatan ekspor produk pertanian
menyebabkan
suplai dalam negari kurang dan disuplai dari produk impor. Peningkatan ekspor
produk pertanian berakibat negative terhadap pasokan pasar dalam negeri. Untuk
menghindari trade off ini dua hal yg harus dilakukan:
–
Peningkatan kapasitas produksi.
–
Peningkatan daya saing produk produk pertanian.
Sektor
Pertanian di Indonesia
Sektor
pertanian menjadi sektor penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Seiring
dengan berkembangnya perekonomian bangsa, maka kita mulai mencanangkan masa
depan Indonesia menuju era industrialisasi, dengan pertimbangan sektor
pertanian kita juga semakin kuat.
Seiring dengan transisi (transformasi)
struktural ini sekarang kita menghadapi berbagai permasalahan. Di sektor
pertanian kita mengalami permasalahan dalam meningkatkan jumlah produksi
pangan, terutama di wilayah tradisional pertanian di Jawa dan luar Jawa. Hal
ini karena semakin terbatasnya lahan yang dapat dipakai untuk bertani.
Perkembangan penduduk yang semakin besar membuat kebutuhan lahan untuk tempat
tinggal dan berbagai sarana pendukung kehidupan masyarakat juga bertambah.
Perkembangan industri juga membuat pertanian beririgasi teknis semakin
berkurang.
Selain berkurangya lahan beririgasi
teknis, tingkat produktivitas pertanian per hektare juga relatif stagnan. Salah
satu penyebab dari produktivitas ini adalah karena pasokan air yang mengairi
lahan pertanian juga berkurang. Banyak waduk dan embung serta saluran irigasi
yang ada perlu diperbaiki. Hutan-hutan tropis yang kita miliki juga semakin
berkurang, ditambah lagi dengan siklus cuaca El Nino-La Nina karena pengaruh
pemanasan global semakin mengurangi pasokan air yang dialirkan dari pegunungan
ke lahan pertanian.
Sesuai dengan permasalahan aktual yang
kita hadapi masa kini, kita akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
pangan di dalam negeri. Di kemudian hari kita mungkin saja akan semakin
bergantung dengan impor pangan dari luar negeri. Impor memang dapat menjadi
alternatif solusi untuk memenuhi kebutuhan pangan kita, terutama karena semakin
murahnya produk pertanian, seperti beras yang diproduksi oleh Vietnam dan
Thailand. Namun, kita juga perlu mencermati bagaimana arah ke depan struktur
perekonomian Indonesia, dan bagaimana struktur tenaga kerja yang akan terbentuk
berdasarkan arah masa depan struktur perekonomian Indonesia.
Struktur tenaga kerja kita sekarang
masih didominasi oleh sektor pertanian sekitar 42,76 persen (BPS 2009),
selanjutnya sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 20.05 persen, dan
industri pengolahan 12,29 persen. Pertumbuhan tenaga kerja dari 1998 sampai
2008 untuk sektor pertanian 0.29 persen, perdagangan, hotel dan restoran
sebesar 1,36 persen, dan industri pengolahan 1,6 persen.
Sedangkan
pertumbuhan besar untuk tenaga kerja ada di sektor keuangan, asuransi,
perumahan dan jasa sebesar 3,62 persen, sektor kemasyarakatan, sosial dan jasa
pribadi 2,88 persen dan konstruksi 2,74 persen. Berdasarkan data ini, sektor
pertanian memang hanya memiliki pertumbuhan yang kecil, namun jumlah orang yang
bekerja di sektor itu masih jauh lebih banyak dibandingkan dengan sektor
keuangan, asuransi, perumahan dan jasa yang pertumbuhannya paling tinggi.
Data ini juga menunjukkan peran penting
dari sektor pertanian sebagai sektor tempat mayoritas tenaga kerja Indonesia
memperoleh penghasilan untuk hidup. Sesuai dengan permasalahan di sektor
pertanian yang sudah disampaikan di atas, maka kita mempunyai dua strategi yang
dapat dilaksanakan untuk pembukaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia
di masa depan.
Strategi pertama adalah melakukan
revitalisasi berbagai sarana pendukung sektor pertanian, dan pembukaan lahan
baru sebagai tempat yang dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat
Indonesia. Keberpihakan bagi sektor pertanian, seperti ketersediaan pupuk dan
sumber daya yang memberikan konsultasi bagi petani dalam meningkatkan
produktivitasnya, perlu dioptimalkan kinerjanya. Keberpihakan ini adalah
insentif bagi petani untuk tetap mempertahankan usahanya dalam pertanian.
Karena tanpa keberpihakan ini akan semakin banyak tenaga kerja dan lahan yang
akan beralih ke sektor-sektor lain yang insentifnya lebih menarik.
Strategi kedua adalah dengan
mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung bagi sektor lain yang akan
menyerap pertumbuhan tenaga kerja Indonesia. Sektor ini juga merupakan sektor
yang jumlah tenaga kerjanya banyak, yaitu sektor perdagangan, hotel, dan
restoran serta industri pengolahan. Sarana pendukung seperti jalan, pelabuhan,
listrik adalah sarana utama yang dapat mengakselerasi pertumbuhan di sektor
ini.
Struktur
perekonomian Indonesia sekarang adalah refleksi dari arah perekonomian yang
dilakukan di masa lalu. Era orde baru dan era reformasi juga telah menunjukkan
bahwa sektor pertanian masih menjadi sektor penting yang membuka banyak lapangan
pekerjaan bagi masyarakat Indonesia. Sektor pertanian juga menyediakan pangan
bagi masyarakat Indonesia.
Saat
ini kita mempunyai kesempatan untuk mempersiapkan kebijakan yang dapat
membentuk struktur perekonomian Indonesia di masa depan. Namun, beberapa
permasalahan yang dihadapi sektor pertanian di masa ini perlu segera dibenahi,
sehingga kita dapat meneruskan hasil dari kebijakan perekonomian Indonesia yang
sudah dibangun puluhan tahun lalu, dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat
Indonesia sampai saat sekarang ini.
Selama
periode 1995-1997, PDB sektor pertanian (peternakan, kehutanan & perikanan)
menurun dan sektor lain seperti menufaktur meningkat.
Sebelum
krisis moneter, laju pertumbuhan output sektor pertanian < ouput sektor non
pertanian.
Tahun
1999 semua sektor turun kecuali listrik, air dan gas.
Rendahnya
pertumbuhan output pertanian disebabkan:
·
Iklim kemarau jangka panjang berakibat
volume dan daya saing turun.
·
Lahan garapan petani semakin kecil.
·
Kualitas SDM rendah.
·
Penggunaan Teknologi rendah.
Liberalisasi
perdagangan berdampak negative bagi Indonesia terhadap produksi padi dan non
gandum. Untuk AFTA dan APEC, liberalisasi perdagangan pertanian
menguntungkan Indonesia dengan meningkatnya produksi jenis gandum lainnya
(terigu, jagung dan kedelai). AFTA Indonesia menjadi produsen utama pertanian
di ASEAN dan output pertanian naik lebih dari 31%. Ekspor pertanian naik 40%.
Sumber
:
https://arrizalaziz.wordpress.com/2011/03/23/sektor-pertanian/
Komentar
Posting Komentar