Materi 13 : Perdagangan Luar Negeri
13.3
Tingkat Daya Saing
Indonesia
mengalami kemunduran luar biasa dalam melahirkan perusahaan dan industry kelas
dunia. Globalisasi yang telah menjadi kemestian adalah arena yang akan
menghukum mereka yang tidak siap dan tidak tanggap seperti bangsa kita terhadap
fenomina ini. Persoalan peningkatan daya saing ekonomi ini adalah persoalan
serius yang mesti diperhatikan dalam mendesain program pemulihan ekonomi kita
ke depan.
Daya
saing yang buruk menyebabkan sebuah perekonomian sangat rentan terhadap gejolak
eksternal dan karenanya mudah sekali didera krisis yang berkepanjangan.
Sebaliknya jika daya saing sebuah perekonomian baik, perekonomian akan mampu
segera pulih dari krisis bahkan bangkit kembali untuk menjadi perekonomian yang
tangguh dan terhormat. Bukti empiris memang menunjukkan bahwa Negara-negara
segera bangkit perekonomiannya adaah Negara-negara yang daya saing ekonominya
terus membaik, contohnya Malaysia dan Jepang.
Membangun
ekonomi bukanlah persoalan sederhana. Ia harus ditunjang industrial base yang
tangguh, sayangnya untuk Negara kita yang terjadi bukanlah sebuah proses
re-industrialisasi yang lebih terencana dan terfokus untuk menangguhkan fondasi
ekonomi dan kemudian berangsur-angsir pulih, tetapi sebuah proses yang kini
populer dengan sebutan de-industrialisasi. Hal ini menegaskan bahwa
perekonomian Indonesia memang memiliki potensi serius untuk terus berjibaku
dalam krisis berkepanjangan yang tak berujung.
Potret
Daya Saing Global
Daya Saing Global menurut Executive
Summary WEF adalah kemampuan nilai tukar mata uang suatu Negara (exchange
rate) mempengaruhi produktivitas nasional. Daya saing diartikan sebagai
akumulasi dari berbagai factor, kebijakan dan kelembagaan yang memepengaruhi
produktivitas suatu Negara sehinggan akan emenetukan tercapainya kesejahteraan
rakyat dalam system perekonomian nasional.
Produktivitas adalah
penentu utama tingkat ROI (return on Investment) dan agregasi pertumbuhan
ekonomi. Dengan demikian semakin kompetitif daya saing sebuah system
perekonomian maka pembangunan akan tumbuh lebih cepat dalam waktu menengah dan
panjang.
Daya
saing juga dapat dilihat dari kebijakan makro ekonomi. Pada era orde baru,
pertumbuhan ekonomi cukup tinggi (7-9%), namun karena terjadi salah kelola
(mismanaging) dan salah arah kebijakan (misguiding) public finance dengan
diberlakukannya DFI (Direct Foreign Investment) sehingga pada saat krisis
akibatnya Negara yang menanggung Utang pihak swasta. Faktor-faktor lain sebagai
penentu daya saing global diantaranya: kesempatan berusaha, system peradilan
yang fair, pajak yang bermanfaat, birokrasi, inovasi teknologi dan pendidikan,
hubungan internasional dan hak cipta. Terjadinya pergantian pemerintahan,
kerusakan Infrastruktur
(akibat banyaknya bencana alam, tsunami, gempa bumi, dan banjir) dan hancurnya
pasar uang menyebabkan daya saing perekonomian Indonesia terpuruk.
Sumber
:
http://id.wikipedia.org/wiki/Perdagangan_internasional
Komentar
Posting Komentar